MENGULAS KISAH LAKSAMANA MALAHAYATI
Kita mengetahui banyak pelaut tangguh, dan yang kita tahu biasanya mereka semua adalah laki-laki. Tapi siapa sangka, dunia ini ternyata memiliki sejarah tentang betapa hebatnya para pelaut wanita. Sejarah mencatat beberapa pelaut paling terkenal di dunia, yang muncul di tiap era yang berbeda.
Kita mengetahui banyak pelaut tangguh, dan yang kita tahu biasanya mereka semua adalah laki-laki. Tapi siapa sangka, dunia ini ternyata memiliki sejarah tentang betapa hebatnya para pelaut wanita. Sejarah mencatat beberapa pelaut paling terkenal di dunia, yang muncul di tiap era yang berbeda.
Dianggap sebagai salah satu pelaut wanita terbaik di dunia, Grace O' Malley, wanita asal Irlandia ini memang memperlihatkan keulungan dan kehebatannya sebagai seorang pelaut handal. Melaut baginya bukan hanya karena kecintaannya terhadap profesi pelaut, tapi untuk membuktikan kepada dunia bahwa dialah yang terbaik, dibandingkan dengan rekan-rekan lelaki yang satu kapal dengannya. Sejarah pun mencatat bahwa Grace adalah wanita "bajak laut" terhebat di dunia. Tidak ada yang menyangkali bahwa ketrampilannya melaut melebihi para pelaut laki-laki saat itu.
Masih ada lagi pelaut wanita yang ulung lainnya. Naomi James yang lahir di sebuah peternakan domba di Selandia Baru. Wanita yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya berenang di usianya yang sudah mencapai 23 tahun, pada akhirnya mampu memecahkan rekor dunia dengan berlayar sendirian mengelilingi dunia selama 272 hari.
Lantas siapa pula yang tidak kenal si Laura Dekker. Pada usianya yang masih sangat belia, sekitar 16 tahun, ia sudah berlayar sendirian. Wanita muda asal Belanda ini tiba di kepulauan kariba, Saint Maarten pada hari sabtu 21 januari 2012. Ia berlayar seorang diri selama satu tahun satu hari dengan menggunakan kapal berukuran 11x5 meter, yang ia namai sendiri dengan sebutan 'Guppy'.
Masih ada beberapa nama pelaut wanita yang sangat hebat di atas laut. Tapi apakah kita tahu bahwa ternyata seorang pelaut wanita asal indonesia pantas disejajarkan dengan pelaut-pelaut wanita ulung tersebut. Namanya memang belum dikenal secara luas, apalagi media barat tidak pernah memberitakan atau mengulas namanya Malahayati.
Sebagai pelaut dan pejuang wanita, Malahayati pernah memimpin 2000 orang yang terdiri dari para janda yang suaminya telah tewas sebagai pahlawan di Medan perang (mereka di kenal dengan sebutan pasukan Ining Balee) untuk berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tanggal 11 September 1599. Pada pertempuran tersebut, ia berhasil membunuh Cornelis De Houtman dalam sebuah duel dia atas geladak kapal. Oleh karena itulah juga wanita ini memperoleh gelar laksamana. Wanita pertama di dunia yang memperoleh gelar Laksamana.
Setelah memangku jabatan sebagai laksamana, Malahayati mengkoordinir pasukannya di laut. Dengan sigap mereka juga mengawasi berbagai pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah penguasaan Syahbandar, Serta secara seksama mengawasi kapal-kapal jenis Galey milik Kesultanan Aceh Darussalam. Seorang nahkoda kapal Belanda yang berkebangsaan Inggris, John Davis pernah mengukapkan fakta bahwa pada masa kepemimpinam militer laksamana Malahayati, kesultanan Aceh Darussalam memiliki perlengkapan armada laut yang teridentifikasi terdiri dari 100 buah kapal dengan kapasitas penumpang 400-500 orang.
Nama asli Malahayati sebenarnya adalah Keumalahayati. Ayahnya juga ternyata adalah seorang laksamana, bernama Mahmud Syah. Kakenya dari pihak ayah adalah Laksamana Muhammad Said Syah Putra, yang di kenal luas sebagai pendiri kerajaan Aceh Darussalam. Belum ditemukan catatan sejarah secara pasti yang menyebutkan kapan tahun kelahiran dan kematian Malahayati. Ada beberapa perkiaraan, antara lain dikatakan bahwa beliau memiliki masa hidupnya di sekitar akhir abad XV da awal abad XVI.
Dapat dibayangkan bahwa ketika dalam pertempuran hebat melawan Belanda itu, wanita ini dengan gagah berani berdiri di balik banteng dan didampingi para laskar Inong Balee menatap tajam serta penuh kemarahan ke arah selat malaka. Di kejauhan sana, terlihat jelas ribuan kapal Belanda menyelimuti lautan, semakin mendekat dan sudah siap-siap untuk menyerang Aceh. Laksamana Malahayati merupakan wanita asal kota rencong ini dengan semangat membara dan tak kenal takut sudah siap menanti. Darahnya mendidih, ia seakan tak sudi melihat tanah airnya terancam penjajah. Ia laksamana perwira yang siap mati bagi sesuatu yang sangat dicintainya.
Kemudian Malahayati mengangkat tanganya sembari berseru lantang. Dengan nada yang tegas dan pasti. Dilapisi keyakinan yang amat sangat, beliau memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kapal perang. Dengan langkah yang penuh kepastian, dan diiringi teriakan memotivasi, laksamana Malahayati menaiki kapal perangnya. Rupa-rupa mereka sudah benar-benar siap beradu kekuatan melawan tentara penjajah di tengah laut. Kita pun sudah tahu akhir ceritanya. Laksamana Malahayati dan pasukannya berhasil memenangkan pertemuan itu, dan De Houtman mati di tangannya.
Makam wanita ini ada di Aceh. mungkin kita perlu merenungi kisah kepahlawanan Laksamana Malahayati. Sangat bisa jadi tanpa beliau tanah Aceh tidak akan seperti yang kita saksikan saat ini. Untuk menghargainya, maka ada juga salah satu pelabuhan di Aceh yang dinamai pelabuhan Malahayati.
Sebagai pelaut dan pejuang wanita, Malahayati pernah memimpin 2000 orang yang terdiri dari para janda yang suaminya telah tewas sebagai pahlawan di Medan perang (mereka di kenal dengan sebutan pasukan Ining Balee) untuk berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tanggal 11 September 1599. Pada pertempuran tersebut, ia berhasil membunuh Cornelis De Houtman dalam sebuah duel dia atas geladak kapal. Oleh karena itulah juga wanita ini memperoleh gelar laksamana. Wanita pertama di dunia yang memperoleh gelar Laksamana.
Setelah memangku jabatan sebagai laksamana, Malahayati mengkoordinir pasukannya di laut. Dengan sigap mereka juga mengawasi berbagai pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah penguasaan Syahbandar, Serta secara seksama mengawasi kapal-kapal jenis Galey milik Kesultanan Aceh Darussalam. Seorang nahkoda kapal Belanda yang berkebangsaan Inggris, John Davis pernah mengukapkan fakta bahwa pada masa kepemimpinam militer laksamana Malahayati, kesultanan Aceh Darussalam memiliki perlengkapan armada laut yang teridentifikasi terdiri dari 100 buah kapal dengan kapasitas penumpang 400-500 orang.
Nama asli Malahayati sebenarnya adalah Keumalahayati. Ayahnya juga ternyata adalah seorang laksamana, bernama Mahmud Syah. Kakenya dari pihak ayah adalah Laksamana Muhammad Said Syah Putra, yang di kenal luas sebagai pendiri kerajaan Aceh Darussalam. Belum ditemukan catatan sejarah secara pasti yang menyebutkan kapan tahun kelahiran dan kematian Malahayati. Ada beberapa perkiaraan, antara lain dikatakan bahwa beliau memiliki masa hidupnya di sekitar akhir abad XV da awal abad XVI.
Dapat dibayangkan bahwa ketika dalam pertempuran hebat melawan Belanda itu, wanita ini dengan gagah berani berdiri di balik banteng dan didampingi para laskar Inong Balee menatap tajam serta penuh kemarahan ke arah selat malaka. Di kejauhan sana, terlihat jelas ribuan kapal Belanda menyelimuti lautan, semakin mendekat dan sudah siap-siap untuk menyerang Aceh. Laksamana Malahayati merupakan wanita asal kota rencong ini dengan semangat membara dan tak kenal takut sudah siap menanti. Darahnya mendidih, ia seakan tak sudi melihat tanah airnya terancam penjajah. Ia laksamana perwira yang siap mati bagi sesuatu yang sangat dicintainya.
Kemudian Malahayati mengangkat tanganya sembari berseru lantang. Dengan nada yang tegas dan pasti. Dilapisi keyakinan yang amat sangat, beliau memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kapal perang. Dengan langkah yang penuh kepastian, dan diiringi teriakan memotivasi, laksamana Malahayati menaiki kapal perangnya. Rupa-rupa mereka sudah benar-benar siap beradu kekuatan melawan tentara penjajah di tengah laut. Kita pun sudah tahu akhir ceritanya. Laksamana Malahayati dan pasukannya berhasil memenangkan pertemuan itu, dan De Houtman mati di tangannya.
Makam wanita ini ada di Aceh. mungkin kita perlu merenungi kisah kepahlawanan Laksamana Malahayati. Sangat bisa jadi tanpa beliau tanah Aceh tidak akan seperti yang kita saksikan saat ini. Untuk menghargainya, maka ada juga salah satu pelabuhan di Aceh yang dinamai pelabuhan Malahayati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar