Jumat, 30 November 2012

SEJARAH PUTROE NENG


putroe neng

Aceh merupakan salah satu kota yang banyak menyimpan sejarah-sejarah kepahlawanan baik pria maupun wanita. Bagian ini khusus menceritakan sejarah pahlawan-pahlawan wanita perkasa. Misalnya, Syeikh Keumala Hayati yang mampu melawan dan mengalahkan 100 prajurit Portugis dalam medan pertempuran pada tahun 1600-an, ada juga wanita perkasa lainnya yang kerap menjadi ikon pejuang wanita Indonesia, Cut Nyak Dien yang dengan segenap juwa raganya mengorbankan segala yang dimilkinya agar indonesia tidak jatuh ke tangan penjajah, begitupun dengan Cut Meutia. 

MEMULAI KISAH PUTROE NENG

Berdasarkan hasil kajian sejarah, ternyata tidak hanya tiga orang yang telah disebutkan sebagai perempuan perkasa di Aceh yang masa lampau dikenal dengan nama Darod Donya Darussalam. Terdapat perempuan yang dengan gagah menumbangkan lelaki perkasa, tidak hanya di medan perang, tapi juga di ranjang pengantin. Sebanyak 99 laki-laki yang menjadi suaminya telah menjadi korban keganasan perempuan ini. Putroe Neng, ialah perempuan perkasa yang mengalahkan 99 laki-laki dari suaminya.

Nian Nio Lian Khie merupakan nama asli dari seorang komandan perang wanita berpangkat Jenderal dari China Budha, seorang perempuan yang dikalahkan oleh pasukan Meurah Johan seorang ulama yang berasal dari kerajaan Peureulak yang pada saat itu berada di indra purba yang bercocok tanam di daerah maprai (sibreh sekarang) dan mereka membuka kebun lada dan merica pada saat itu setelah di kalahkan, Jenderal Nian Nio Lian Khie memeluk agama islam dan namanya diberi gelar yaitu sebagai Putroe Neng.
Kekalahan dalam peperangan di Kuta Lingke telah mengubah sejarah hidup Putroe Neng, perempuan cantik dari Negeri Tiongkok. Dari seorang maharani yang ingin menyatukan sejumlah kerajaan di pulau Ruja (Sumatra), ia malah menjadi permaisuri dalam sebuah pernikahan politis. Pendiri kerajaan Darud Donya Aceh Darussalam, Sultan Meurah Johan, menjadi suami pertama Putroe Neng yang kemudian juga menjadi laki-laki pertama yang meninggal di malam pertama. Tubuh Sultan Meurah Johan ditemukan membiru setelah melewati percintaan malam pertama yang selesai dalam waktu yang begitu cepat.

Sebagian masyarakat Aceh mendengar kisah Putore Neng dari penuturan orang tua. Konon Putroe Neng memiliki 100 suami dari bangsawan Aceh. Setiap suami meninggal pada malam pertama ketika bercinta, karena alat kewanitaan Putroe Neng mengandung racun. Kematian demi kematian tidak menyurutkan niat para laki-laki untuk memperistri perempuan itu. Padahal, tidak mudah bagi Putroe Neng untuk menerima pinangan dari setiap laki-laki. Ia memberikan syarat berat seperti mahar yang tinggi atau pembagian wilayah kekuasaan (Ali Akbar, 1990).

Suami terakhir Putroe Neng adalah Syekh Syiah Hudam yang selamat melewati malam pertama dan malam-malam berikutnya. Ia adalah suami ke 100 dari perempuan cantik tersebut. Sebelum bercinta dengan Putroe Neng, Syiah Hudam berhasil mengeluarkan bisa dari alat genital Putroe Neng sebelum bercinta dengan Putroe Neng. Racun tersebut dimasukkan ke dalam bambu dan dipotong menjadi 2 bagian. "satu bagian dibuang ke laut, dan bagian yang lain dibuang ke gunung," tutur penjaga makam Putroe Neng, Cut Hasan.

Konon, Syiah Hudam memiliki mantra penawar racun sehingga ia bisa selamat. Setelah racun tersebut keluar, cahaya kecantikan Putroe Nengn meredup. Sampai kematiannya, ia tidak mempunyai keturunan. Putroe neng merupakan seorang laksamana dari China yang datang ke sumatra untuk menguasai sejumlah kerajaan. Bersama pasukannya, ia berhasil menguasai 3 kerajaan kecil, Indra Patra, Indra Jaya, dan Indra Puri yang kini masuk kedalam wilayah kebupaten Aceh Besar sampai sekarang.

Namun, Laksamana Nian Nio kalah ketika hendak menaklukkan kerajaan Indra Purba yang meminta bantuan kepada kerajaan Peureulak. Bantuan yang diberikan kerajaan Peureulak adalah pengiriman tentara yang tergabung dalam laskar Syiah Hudam pimpinan Syekh Abdullah Kana'an. Merujuk sejarah, pengiriman bala bantuan itu terjadi pada 1180 M. Bisa disimpulkan pada masa itulah Putroe Neng hidup, tetapi tidak diketahui pasti kapan meninggal dan bagaimana sejarahnya sampai kapan makamnya terdapat di Desa Blang Pulo, Lhokseumawe.
makam putroe neng
Meski tak bisa menunjukkan makamnya, dimata Cut Hasan kematian 99 suami Putroe Neng bukanlah mitos. Ia mengaku mengalami beberapa hal ghaib selama menjadi penjaga makam. Ia bermimpi berjumpa dengan Putroe Neng dan dalam mimpi itu ia diberikan 2 keping emas. Paginya, Cut hasan benar-benar menemukan 2 keping emas berbentuk jajaran genjang dengan ukiran di setiap sisinya. Satu keping dipinjam seorang peneliti dan belum dikembalikan. Sementara satu keping lagi masih disimpan sampai sekarang.

Makam Putroe Neng yang terletak di pinggir Jalan Medan-Banda Aceh memang sarat dengan kisah ghaib. Misalnya, ada kisah seorang guru SMA yang meninggal setelah mengambil foto di makam tersebut. Ada juga yang mengaku melihat siluet putih dalam foto tersebut atau yang diambil tidak memperlihatkan gambar apapun. Sayangnya, berbagai kisah ghaib itu, plus legenda kematian 99 suami Putroe Neng pada malam pertama, tidak menjadikan makam tersebut menjadi lokasi wisata religi sebagaimana makam Sultan Malikussaleh di Desa Beuringin Kecamatan Samudra, Aceh Utara.

Pemerintah Kota Lhokseumawe belum menjadikan makam Putroe Neng sebagai lokasi kunjungan wisata. Suvenir tentang Putroe Neng tidak ada sama sekali. Para pengunjung yang datang ke makamnya hanya sebatas peneliti dan segelintir masyarakat yang pernah mendengar kisah Putroe Neng. Rendahnya kepedulian terhadap makam Putroe Neng bisa terlihat dari kondisi makam tersebut yang nyaris tak teraawat. Di dalam komplek berukuran 20x20 meter tersebut, terdapat 11 makam, termasuk milik Putroe Neng tetapi selebihnya tidak diketahui milik siapa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Obrolan